LimaPuluh Kota, http://sudutlimapuluhkota.com – Mentari kini tak bersahabat, dingin memeluk fajar bisu
Hari ini dunia meredup, sendu mendekap insan celaka
Saat ini langit kelabu, gemintang segan seolah enggan menyapa
Bagai nasib tak bertuan, asa rapuh melanglang buana jauh hingga tak berparas
Menangis meringis si gadis malang meratapi luka tak jelas peraduan
Duka sampai derita tiba, alam bertatap merdu mengalunkan nyanyian kematian
Tertawa berbisik bak sembilu menembus dinding langit
Sentuhan malaikat kini merobek jiwa, si pencabut nyawa tampak jelas sudah
Wasiat tertulis pesan pun terucap, pada secarik kertas lusuh tak bernilai
Tinta pengap menghantarkan cerita, usai sudah ratapan pilu si makhluk durjana
Si mata tajam menari mendekat nadi pun bersiap, perlahan….
Tergores, tertusuk, tetesan mengalir genangan tampak, memejam sudah binar yang mempesona
Hilang sudah rintihan si gadis malang, dunia telah melepasnya
Terlelap mendekap rindunya neraka, akankan ia menemui ujung derita?
Tersenyum senjang si penebar kisah, gadis malang kini tiada
Luka lama kau garami cuka, abadilah dalam sesal langkah bertaut
Hingga merambah tangis meregang nyawa, dendam kini terbalas sudah
Sampai tak ternilai sebuah jiwa, tunggulah cerita yang dinamai karma
Dunia tak rela akhirat tak tega, gadis malang kini menggeram atas pilunya kehidupan.
Identitas Penulis :

Oleh Yulia Afresil
Yulia Afresil, seorang anak yang lahir pada 13 Juli 1998. Berasal dari desa kecil di ujung wilayah Lima Puluh Kota. Tinggal dan dibesarkan di Nagari Baruah Gunuang.
Mengenyam pendidikan hingga jenjang SMP di Nagari Baruah Gunuang, kemudian melanjutkan ke SMAN 2 Payakumbuh. Sekarang berstatus sebagai mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Negeri Padang.
Menyukai kegiatan membaca dan tertarik dengan dunia tulis menulis. Menjadikan karya sebagai ungkapan rasa dari rentetan kisah.
Comments 1