Limapuluh Kota, http://sudutlimapuluhkota.com – Aksara, terkurung dalam lamunan tak berkepala
Ia mati, terbakar dalam pikiran-pikiran kegundahan
Tenggelam bagai bangkai tak bertulang
Lapuk bersama sunyi yang menggerogoti hati
Dalam denyut nadi ia berteriak lirih, “Bunuhlah aku bersama runcingnya kata. Rajam saja, nyawaku sudah melemah sejak senja lalu”
Aku mengenalmu lewat seuntai sapa
Terdorong candu berbaris sinis mengiris pertemuan
Sebait nyanyian pengantar mimpi di pagi buta kau dendangkan
Ragaku terkulai, terkoyak bersama gerimis yang perlahan turun
Kutarik rapat selimut hangatku, bercengkrama dalam alunan nada rapuh
Bersandar pada secarik makna, anganku terbaring tanpa ranjang
Dingin kurasa sepanjang badan, hingga dalam lenggok kembara napas harmoni melintas bebas
Dari balik matamu, terpintal kisah melilit tubuh hingga kau sekarat
Tiarap, condongkan raga dalam diam
Bisu memahat petuah bak patung penguasa alam raya
Ia kuat, ia tak terkalahkan, ia perkasa
Begitu kata agung yang tiada henti dikumandangkan
Aksara, tak cukup menggambarkan kekaguman
Dalam diam, ia tumbuh bersemi dalam nurani
Apa boleh dikata, hanya jiwa-jiwa pilihan yang mampu memahami
Makna halus tercetus tanpa bisik akal bulus
Katakanlah sukar. Memang terkadang manusia memilih untuk tak berakal!
Identitas Penulis :
Yulia Afresil, seorang anak yang lahir pada 13 Juli 1998. Berasal dari desa kecil di ujung wilayah Lima Puluh Kota. Tinggal dan dibesarkan di Nagari Baruah Gunuang.
Mengenyam pendidikan hingga jenjang SMP di Nagari Baruah Gunuang, kemudian melanjutkan ke SMAN 2 Payakumbuh. Sekarang berstatus sebagai Alumni Jurusan Psikologi Universitas Negeri Padang.
Menyukai kegiatan membaca dan tertarik dengan dunia tulis menulis. Menjadikan karya sebagai ungkapan rasa dari rentetan ” Akhir Kisah Beban Dunia “