Pariaman, http://sudutlimapuluhkota.com – Aku ingin bekerja untuk menghidupimu, sumpahku kala itu.
Lalu aku menjagamu seperti merawat bibit mawar yang akan tumbuh.
Seberapa lama kau mampu bekerja? Ujarmu, malam membawa selembar genteng rumah dan kita kebanjiran.
Aku mengeringkanmu pertama kali.
Aku pekerja yang baik bukan?
Aku tak perlu di gaji, ujarku….
Aku akan memberimu makanan kesukaan, yang ku cari di balik-balik dagingku, memang disitu biasanya ku sembunyikan makanan.
Kalau tak ada makanan kesukaanmu hari ini kau boleh mengambil darah dan dagingku, semoga lezat.
Aku tak perlu cuti lebaran dan cuti apapun, aku bekerja untukmu sepanjang waktu….
Kau belum mau menemuiku, di bulan pertama aku bekerja kita bertemu satu kali.
Aku seperti anak kecil dengan setangkai gulali yg kesenangan.
Besok akan ku sajikan kau makanan enak.
Sebulan setelahnya kau memanggilku.
Aku bersiap bertemu tuan putri, sambil berpikir keras apa aku lalai bekerja.
Ku rasa strawberry yang kau pinta di tengah malam sudah di sajikan suamiku dengan gigil tubuhnya karna memutari kota sepanjang malam.
Suamiku juga berhenti bekerja, kami akan bekerja penuh waktu untuk mu.
Aku mengusap kepalamu sepanjang hari, kukira kau suka..
Kita membuat janji temu beberapa bulan lagi.
Tapi 10 minggu bekerja kau ingin menemuiku, rinduku mengatakan, tunggu.
Kau bersikeras, senja itu kau mengetuk pintu masuk menuju tubuhku.
Kami kelimpungan, kami belum menyiapkan makanan kesukannmu.
Malam itu gigil melahap semua tubuhku.
Kau menunggu di balik pintu.
Paginya kau berikan aku mawar layu, tangkainya patah.
Kau mau darahku membuatnya selalu merah selamanya.
Katamu sebagai bayaran pekerjaanku.
Lalu kau masuk ke dalam mataku.
Air mataku penuh sampai ke ubun-ubun.
Katamu kau akan menjadi air mata abadi untuk ku.
Dan kalau rindu aku boleh menjatuhkanmu satu persatu.
Identitas Penulis :
Bionarasi :
Widiatur Rahmatillah (WtR), lahir 27 Desember 1996 di Baruah Gunuang, dibesarkan oleh keluarga sederhana nan penuh cinta.
Penulis mulai sangat mencintai dunia kepenulisan sejak bersekolah di MAN 2 Payakumbuh.
Dan ketika berkuliah di IAIN Batusangkar, penulis menjadi salah satu anggota organisasi kepenulisan dan giat menulis di berbagai buku karya bersama, dan menerbitkan buku karya sendiri dengan judul “Meneguk Hujan”, penulis juga menjuarai beberapa event kepenulisan dan pernah menjadi juri di acara kepenulisan kampus.
Dari tahun 2019, penulis telah mengabdikan dirinya pada negara, dan menjadi pendidik di SLBN 1 Pariaman. Baginya menulis adalah mengabadikan perjalanan, duka dan air mata. Menulis adalah bekerja untuk keabadian
Penulis bisa dihubungi lewat Instagram @wid.tr