Limapuluh Kota, http://sudutlimapuluhkota.com – KOMBUIK adalah kerajinan tas anyaman dari mansiang sebagai kearifan lokal yang berada di Jorong Taratak, Nagari Kubang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Mansiang tumbuh dengan subur di daerah ini. Mansiang tumbuh di sawah seperti layaknya tanaman padi, dan di panen setelah berumur 8 bulan.
Beraneka ragam bentuk kombuik seperti kombuik bulek (Bulat), kombuik kotak/Petak, kombuik cibia, kombuik picak, sumpik nasi (kantong nasi) dan lain sebagainya. Diantara kegunaan kombuik seperti kombuik bulek ialah sebagai pengganti kantong plastik atau tas untuk berbelanja.
Kerajinan tradisional anyaman mansiang semakin terlihat fashionable dengan bentuk, model dan warna yang menarik. Peminatnya pun tak hanya dari kalangan ibu-ibu, tetapi mulai merambah ke anak muda.
Seiring perjalanan waktu, pengrajin anyaman mansiang terus melakukan inovasi dengan memproduksi produk yang unik dan menarik. Dulu anyaman mansiang (kombuik) ini biasanya dipakai oleh Ibu-Ibu sebagai kantong belanja di pasar. Namun sekarang sudah banyak anak muda yang menggunakan produk berbahan mansiang ini. Seperti tas, dompet, tempat pensil, souvenir dan sebagainya. Tentunya dikombinasikan dengan bahan baku lain sehingga menghasilkan bentuk yang cantik, khas, dan unik. Seperti ditambahkan elemen pita, elemen bunga, dan bisa diberi nama sesuai permintaan pelanggan.
Mansiang merupakan sejenis rumput anggota suku teki-tekian (Cyperaceae) yang sering dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat anyaman. Rumput ini biasanya tumbuh di payau dan rawa-rawa. Anyaman mansiang sudah ada sejak dulu dan diwariskan secara turun temurun oleh Masyarakat Jorong Taratak, Nagari Kubang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota.
Beraneka produk anyaman mansiang dikerjakan oleh tangan-tangan terampil pengrajin Taratak. Salah satunya adalah Nur Aisyah, pemilik Anyaman Mansiang Hawa.
“Tas dari mansiang ini terlihat unik, dan memiliki banyak model. Kualitasnya juga bagus karena bahan bakunya kita budidayakan sendiri, diberi warna sehingga terlihat semakin menarik”, ujar Nur Aisyah.
Nur Aisyah mengungkapkan tas dari mansiang ini dipasarkan secara online dan offline dengan menitipkan ke sentra oleh-oleh yang ada di Sumatera Barat. Nur Aisyah menambahkan kerajinan anyaman mansiang yang diproduksinya ini sudah dijual sampai ke luar kota seperti Jakarta, Bekasi dan daerah lainnya di Indonesia, bahkan ada yang ke luar negeri seperti Malaysia.
“Saya ingin usaha saya ini lebih berkembang dan dikenal banyak orang. Kemudian bisa mendirikan galeri sendiri. Sehingga kerajinan anyaman mansiang ini tidak mati begitu saja, melainkan terus berkembang”, ulas Nur Aisyah.
Harga yang ditawarkan kepada pelanggan mulai dari Rp. 15.000 sampai Rp. 150.000, tergantung model dan ukuran. Nur Aisyah berharap semoga pemerintah lebih memperhatikan produk UMKM supaya lebih maju lagi. (TIM)