Limapuluh Kota, http://sudutlimapuluhkota.com – Peringatan Peristiwa Situjuah ke 76 Tahun merupakan salah satu rangkaian perjuangan berdarah bangsa Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dalam kurun waktu 22 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949, berlangsung khidmat.
Bupati Lima Puluh Kota Safaruddin Dt. Bandaro Rajo tampak hadir dalam upacara yang dipimpin Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah. Diselenggarakan di Lapangan Chatib Sulaiman, Nagari Situjuah Batua, Kabupaten Lima Puluh Kota, pada Rabu (15/01/2025), Upacara ini diikuti oleh ratusan satuan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Basarnas, Pemadam Kebakaran (Damkar), mahasiswa pelajar serta keluarga pejuang korban Peristiwa Situjuah. Turut hadir dalam acara ini Kepala Pusat Barang Milik Negara Kemenhan RI Marsma TNI Tisna Kurniawan didampingi Kolonel Yudha Adillah, unsur Forkopimda Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Lima Puluh Kota.
Dari kutipan sejarah Peristiwa Situjuah yang dibacakan pada upacara, tercatat sebanyak 69 pejuang gugur dalam mempertahankan NKRI. Tragedi bermula pada tanggal 14 Januari 1949. Ketika, pimpinan PDRI, laskar pejuang dipimpin Ketua Laskar Pertahanan Rakyat Sumatera Tengah Chatib Sulaiman mengadakan rapat membahas strategi perjuangan di sebuah lembah, yang dikenal dengan Lurah Kincia. Seusai rapat, peserta beristirahat di sebuah surau di Lurah Kincia, di kala subuh pasukan Belanda menghujani lembah itu dengan berondongan peluru. Lokasi yang tak menguntungkan, senjata yang tak memadai, para pejuang pun tak mampu memberikan perlawanan sengit. Chatib Sulaiman, Bupati Lima Puluh Kota Arisun St Alamsyah, Letkol Munir Latif, Mayor Zainuddin, Kapten Tantawi, Letnan Anizar, Sjamsul Bahri, Rusli dan Baharuddin, gugur bersama 60 pejuang lainnya. Chatib Sulaiman bersama delapan pejuang lainnya dimakamkan di Lurah Kincia, 8 orang di Banda Dalam, 13 orang di Situjuah Gadang, kemudian 39 orang dimakamkan di sekitar kawasan pemukiman penduduk di Nagari Situjuah Batua. Sedangkan di Situjuah Banda Dalam ada sebanyak 8 orang dan di Situjuah Gadang ada sebanyak 13 orang (pejuang yang gugur di Pajak Tendek, Limbukan).
Sisanya, sebanyak 9 orang dimakamkan di Taman Pahlawan Lurah Kincia Situjuah Batua. Kemudian, 39 orang dimakamkan di di sekitar kawasan permukiman penduduk di Nagari Situjuah Batua.
Gubernur Mahyeldi Ansharullah dalam amanatnya mengatakan, perjuangan para pahlawan di peristiwa Situjuah menjadi Inspirasi bagi generasi kita dalam memperjuangkan bangsa di masa sekarang.
“Kepada generasi muda kami tekankan agar selalu menomor satukan persatuan dengan mendahulukan kepentingan bangsa dari kepentingan individu maupun kelompok,” ucapnya.
Dengan semangat persatuan dan kesatuan kata Gubernur Mahyeldi Ansharullah, kita dapat membangun bangsa sekaligus mewujudkan Indonesia Emas 2045. Untuk itu, Gubernur Mahyeldi Ansharullah mengajak seluruh insan untuk menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam niat, langkah, ucapan serta tindakan.
“Mari kita semua menjadi orang yang berkontribusi dalam persatuan dan kesatuan bangsa dan menghindari perpecahan,” ungkap Gubernur Mahyeldi.
Mengamini Gubernur Mahyeldi Ansharullah, Bupati Safaruddin yang diwawancara Tim Humas Diskominfo setelah upacara mengatakan, Peristiwa Situjuah merupakan pengingat masyarakat jika perjuangan para pahlawan dalam mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan berkat kekompakan para pejuang. Untuk itu, Bupati Safaruddin berharap kekompakan para pahlawan dapat diimplementasikan oleh masyarakat terutama generasi muda dalam memajukan Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat dan Indonesia.
“Generasi muda harus memaknai perjuangan para pahlawan yang telah gugur mengorbankan jiwa dan raganya di Situjuah demi negeri ini”, ujar Bupati Safaruddin. (ABD/Kominfo)