Padang, http://sudutlimapuluhkota.com – Keberadaan Kereta Api di Sumatera Barat tidak lepas dari ditemukannya Batubara di Ombilin, Sawahlunto, Hal inilah yang menjadi penyebab adanya transportasi Kereta Api di Sumatera Barat, untuk mengangkut Emas Hitam dari perut bumi Kota Sawahlunto menuju ke Teluk Bayur yang awalnya bernama Emmahaven.
Tetapi, selain ke Teluk Bayur, Belanda juga membangun transportasi Kereta Api menuju ke Bukittinggi – Payakumbuh – Limbanang yang dimana dulunya untuk mengangkut pasukan tentara, hasil tambang emas, serta hasil perkebunan seperti kopi dan sayur mayur.
Tetapi seiring berjalannya waktu, Belanda Menonaktifkan Jalur Kereta Api dari Payakumbuh – Limbanang karena alasan ekonomi pada tahun 1933 yang dimana perusahaan kereta api pada saat itu bernama Staatspoorwegen ter Sumatra’s Westkust, penon-aktifan itu dilakukan lantaran kerugian yang dialami oleh SSS.
Pada Segmen Payakumbuh – Limbanang, terdapat 4 Stasiun yaitu Stasiun Payakumbuh, Stasiun Simalanggang, Stasiun Dangung-Dangung, dan yang paling akhir adalah Stasiun Limbanang, meskipun rel kereta api telah dibongkar sejak sebelum zaman kemerdekaan, tetapi bangunan stasiun di segmen tersebut masih dapat dijumpai.
Untuk Segmen Payakumbuh – Bukittinggi, nonaktif pada tahun 1973, yang sebelum jalur tersebut nonaktif digunakan sebagai sarana pengangkutan penumpang dan sayur mayur, tetapi karena minimnya okupansi di segmen tersebut efek dari Motorisasi yang dilakukan di Zaman Orba, maka jalur kereta api segmen Payakumbuh – Bukittinggi resmi ditutup.
___________________
Stasiun Payakumbuh
Stasiun Payakumbuh (PY) adalah stasiun kereta api nonaktif kelas II yang terletak di Parit Rantang, Payakumbuh Barat, Payakumbuh.
Stasiun ini berada pada ketinggian +514 Mdpl, dari pangkal Teluk Bayur, stasiun ini berada di KM 127+526.
Stasiun ini dibuka pada 15 September 1896, dan ditutup pada tahun 1973, Stasiun ini sering berganti nama yaitu Station Pajacombo, Pajacombo, Pajakumbuh.
Stasiun ini memiliki terusan ke Limbanang, yang dimana terakhir kali aktif pada tahun 1933 guna untuk pengangkutan hasil tambang emas, setelah kemerdekaan jalur ini tetap beroperasi namun hanya difokuskan kepada angkutan penumpang, namun karena jalur kereta api yang extreme dan kondisi prasarana yang sudah tua, ditambah dengan motorisasi yang dilakukan di zaman orde baru, dan okupansi yang terus menurun,maka pada tahun 1973 jalur inipun resmi ditutup.
______________________
Stasiun Dangung-Dangung
Stasiun Kereta Api Danguang-Danguang menjadi salah satu cagar budaya tidak bergerak yang ada di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat (Sumbar).
Stasiun Kereta Api Danguang-Danguang tercatat sebagai cagar budaya di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar dengan nomor inventaris 74/BCB-TB/A/10/2013.
Lokasi Stasiun Kereta Api Danguang-Danguang ini tepatnya berada di Jalan Tan Malaka KM 15, Jorong Danguang-Danguang, Sedangkan secara geografis, situs cagar budaya Stasiun Kereta Api Danguang-Danguang Berada pada bentang alam dataran rendah dengan elevasi 553 mdpl.
Aksesibiltas menuju lokasi stasiun sangat mudah, lokasi berada di belakang Pasar Danguang-Danguang, dan berada di lingkungan pagar dari SMP N 2 Guguak.
Pemilik dari Stasiun Dangung-Dangung adalah PT. Kereta Api Indonesia dan Dinas Pendidikan Lima Puluh Kota.
Stasiun ini berada di segmen Payakumbuh – Limbanang, yang dimana segmen ini dibangun untuk mengangkut hasil pertambangan emas.
Stasiun ini juga pada masa Belanda dinamai stasiun Guguk (Minang : Guguak), dalam beberapa literatur kereta api pada jalur payakumbuh d limbanang termsuk stasiun danguang-dangung itu dipergunakan oleh Mereka itu ada yang berasal dari Koto Tinggi, Maek, Baruh Gunung, Pua Data dan Suliki.
Deskripsi Arkeologis
Bangunan stasiun berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 7,5 m x 6 m. Bangunan secara umum terbuat dari bata, semen, dengan kayu pada bagian jendela dan pintu.
Bangunan dilengkapi dengan 3 jendela dan 3 pintu, pintu bangunan bergaya indies dengan bentuk yang tinggi dan lebar dengan tinggi 2 m.
Pada bagian atas terdapat lubang yang berfungsi sebagai sirkulasi udara di dalam ruangan.
Lantai stasiun masih asli dengan bahan ubin warna abu-kehitaman, bangunan stasiun ini terdiri dari ruang-ruang tertutup dan ruang terbuka
Ruang tertutup antara lain kantor dan ruang mekanik serta tempat penjualan tiket.
Sedangkan ruang terbuka adalah ruang tunggu bagi para penumpang dan loket tempat membeli tiket yang berupa lorong.
Sebagian besar dari unsur bangunan masih merupakan unsur bangunan asli tanpa ada perubahan.
Fungsi
Fungsi awal bangunan adalah stasiun, sekarang bangunan stasiun beralih fungsi dan dijadikan bagian dari sekolah.
________________________
Stasiun Limbanang
Stasiun Kereta Api Limbanang menjadi salah satu cagar budaya tidak bergerak yang ada di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat (Sumbar).
Stasiun Kereta Api Limbanang tercatat sebagai cagar budaya di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar dengan nomor inventaris 75/BCB-TB/A/10/2013.
Lokasi Stasiun Kereta api Limbanang ini tepatnya berada di Jalan Tan Malaka KM 19, Jorong Limbanang, Nagari Limbanang, Kecamatan Suliki.
Sedangkan secara geografis, situs cagar budaya Stasiun Kereta api Limbanang Situs berada di bentang alam berupa dataran rendah dengan elevasi 556 Mdpl.
Stasiun Kereta api Limbanang ini memiliki luas bangunan 18,5 m x 7,0 m.
Aksesibilitas ke lokasi sangat mudah, bangunan stasiun terletak di Jalan Tan Malaka sekitar 15 m.
Pemilik Stasiun Kereta api Limbanang adalah PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan juga dikelola oleh BPCB Sumatera Barat.
Secara peta jalur PT. KAI Divre 2 Sumatera Barat, Stasiun Limbanang merupakan stasiun paling utara di Divisi Regional 2 Sumatera Barat, jalur ini terakhir kali aktif pada tahun 1933, gunanya dulu untuk pengangkutan hasil tambang emas, angkutan penumpang, dan angkutan barang berupa sayur mayur.
Setelah dibongkarnya jalur segmen Payakumbuh – Limbanang oleh SSS, stasiun ini pun seakan dilupakan, nama lain dari Stasiun ini adalah Stasiun Kereta Sungai Sirah.
Keberadaan jalur kereta api Payakumbuh-Limbanang yang tidak terlepas dari Mijnbouw Maatschappij Aequator untuk angkut emas dan perak dari hasil tambang di Mangani.
Willem de Haan, general manajer yang diangkat sejak tahun 1919 pada Mijnbouw Maatschappij Aequator atau pertambangan Mangani dia, tentu sangat berkepentingan dengan suksesnya operasi Kereta Api Payakumbuh Limbanang.
Perusahaan tambang Mijnbouw Maatschappij Aequator Mangani yang ditemukan pada tahun 1907 merupakan penghasil emas yang sangat penting di Barat dan Utara Pulau Sumatera.
Deskripsi Arkeologis
Stasiun Limbanang merupakan salah satu stasiun yang berada di jalur kereta yang menghubungkan Padang Panjang Bukittinggi-Payakumbuh.
Bangunan berdenah empat persegi panjang dengan dengan ukuran 18,5 m x 7 m.
Bentuk bangunan berupa bentang lebar dengan bentuk atap pelana ditambah dengan lubang sirkulasi udara panas diatasnya, bentuk ini sangat ideal dengan bentang lebar dapat menampung banyak penum-pang maupun pengantar yang berada di dalam stasiun.
Bentuk maupun pola pintu serta jendela mempunyai ciri khas Indies, yaitu tinggi dan besar, dan selalu di ikuti dengan ornamen disekeliling kusen pintu.
Bangunan stasiun ini terdiri dari ruang-ruang tertutup dan ruang terbuka.
Ruang tertutup antara lain kantor dan ruang mekanik serta tempat penjualan tiket.
Sedangkan ruang terbuka adalah ruang tunggu bagi para penumpang dan loket tempat membeli tiket yang berupa lorong.
Pada dinding atas pintu terdapat tulisan “STASION LOEMBANANG COELIKI” .
Sebagian besar dari unsur bangunan masih merupakan unsur bangunan asli tanpa ada perubahan.
Bangunan stasiun dilengkapi dengan 2 pintu pada bagian depan dan belakang, jendela pada bagian depan, samping dan belakang.
Jendela bergaya bangunan idies dengan bentuk tinggi dan lebar.
Plafon dari bahan kayu yang mampu meredam panas yang timbul serta langit- langit yang tinggi.
Memungkinkan tempat berkumpul-nya udara panas sehingga ruangan yang ada dibawahnya akan menjadi lebih sejuk, mengingat iklim geografis daerah tropis.
Fungsi
Fungsi awal : Stasiun kereta api
Fungsi sekarang : Tidak difungsikan
Sumber : KPKD2SB via SS Westkust