Padang, http://sudutlimapuluhkota.com – Di dunia era reformasi 5.0, perkembangan teknologi sedang berkembangnya dengan pesat. Kehidupan manusia di bumi sedang dipengaruhi dengan adanya perkembangan digitalisasi. Alat-alat digitalisasi berkembang terus sesuai dengan perubahan zaman. Kehidupan masyarakat seakan-akan bergantung pada digitalisasi di dunia modern. Bagi siapa yang menolak perkembangan ini maka akan kalah dan menjadi bangsa yang mundur. Di saat inilah ketika globalisasi sedang mempengaruhi kehidupan maka sikap sebagai seorang intelektual itu harus menerima dan bersaing yang sehat untuk masa depan yang cerah.
Sebutan seseorang yang sedang menempuh gelar sarjana S1 disebut mahasiswa. Mahasiswa sebuah nama yang kerap kali dipakai dalam bidang akademik dan nama itu bukanlah sebuah hal nama yang terasa asing. Mahasiswa berperan penting dalam segala aspek kehidupan. Mereka lebih dikenal dengan sebutan “Agent of change” yang artinya agen perubahan. Di sini setiap individu atau diri masing-masing mahasiswa punya tanggung jawab sebagai orang-orang yang bermanfaat di masa yang akan datang. Mereka mempunyai kewajiban sebagai berperan aktif dalam pergerakan perubahan bangsa dan bernegara di Indonesia terkhususnya.
Ada banyak hal di dalam perbedaan mahasiswa hari ini dengan mahasiswa yang lahir sebelum di tahun 2000. Sebelum di awal tahun 2000 mereka menjadi mahasiswa yang kuat, mental terpercaya dan tampil berani dalam bernarasi sehingga lawannya menjadi segan untuk menghadapi mahasiswa tersebut. Namun, mahasiswa hari ini mentalnya lemah, tidak bisa bersatu dan pergerakan mahasiswa hari ini sudah terpecah belah. Pergerakan mahasiswa hari ini mereka tidak mereka tidak bersatu dan pergerakan mereka sudah tidak diakui lagi. Buktinya sebanyak apapun demo yang terjadi, pemerintah tetap tutup telinga alias tidak peduli dan tidak mau mendengar tuntutan mahasiswa tersebut.
Dikutip dari DetikNews.com ada sebuah kolom yang berjudul tentang “Media Sosial dan Gerakan (Baru) Mahasiswa”. Di dalam kolom tersebut menjelaskan tentang pergerakan mahasiswa sekarang lebih main di sosial media. Seperti postingan BEM UI yang mengkritik Jokowi sebagai “The King of Lip Service” yang artinya raja basa-basi. Kritikan hal ini menjadi topik hangat di media sosial. Banyak media-media yang membicarakan kritikan BEM UI terkait hal tersebut. Hanya melalui media sosial seseorang bisa dipengaruhi siapa saja. Tanpa menyentuh dan tanpa melihatnya maksud dan tujuan itu tercapai jelas melalui media sosial.
Fenomena ini menggambarkan bahwa perjuangan mahasiswa hari ini sudah berubah. Mereka tidak bermain fisik melainkan perang di media sosial. Mahasiswa hari ini menyampaikan opini, dan aspirasi suaranya melalui media sosial. Hal ini lantaran demo yang terus menerus berkepanjangan waktu namun tiada membuahkan hasil. Demo hari ini hanya sebatas gerbang kantor pemerintahan dan yang lebih parahnya tuntutan dari mahasiswa hanya direspon dengan tutup telinga.
Lantas bagaimana perjuangan mahasiswa hari ini, apakah pergerakan demo masih efektif atau cukup kita membersamai di media sosial. Dunia hari ini sudah canggih yang dibutuhkan itu hanyalah sosial media. Seakan-akan kehidupan yang awalnya di dunia nyata pindah menjadi dunia maya. Tidak ada salahnya juga jika mahasiswa bergerak melalui media sosial. Hal ini termasuk pergerakan baru di era modern melalui digitalisasi. Dengan fasilitas yang ada, para aktivis-aktivis kampus dengan semangatnya menggunakan fasilitas media sosial sebagai perannya dalam menentukan kemana arah bangsa ini yang dipimpin oleh pemerintah saat ini.
Salah satu bukti perubahan yang terjadi pada kalangan mahasiswa yakni pergerakan mahasiswa dialihkan ke ruang digital. Hal ini melalui proses yang panjang dari perkembangan digitalisasi. Tentunya hal ini merubah pola komunikasi di kalangan mahasiswa. Dengan hadirnya digitalisasi pergerakan mahasiswa yang ada bisa bersatu melalui media sosial. Media sosial tersebut berupa; Instagram, Tiktok, Youtube, Facebook, Telegram dan Whatsapp. Hal inilah yang membuat semangat mahasiswa itu tidak pernah putus.
Dalam sejarah Indonesia, pergerakan mahasiswa yang sangat mempengaruhi yang terjadi pada tahun tahun 1998. Di saat itu, semua rakyat dari kalangan bawah, menengah hingga ke atas sudah muak terhadap kepemimpinan rezim Soeharto. Mereka para rakyat menghendaki pemimpin baru, bukanlah presiden seumur hidup. Pergerakan ini yang ketika itu dilakukan oleh bersama-sama rakyat dan persatuan mahasiswa seluruh Indonesia. Mereka bergerak bersama dan bersatu dalam menjatuhkan kepemimpinan rezim Soeharto. Mereka meminta dengan tegas dan mereka datangi gedung DPR untuk menurunkan jabatan Soeharto sebagai presiden seumur hidup di Indonesia. Hal itu mereka lakukan dengan penuh semangat juang hingga sampai ke titik terakhir. Dengan berat hati Soeharto menerima tuntutan dari rakyat dan mahasiswa ketika itu. Mereka memahami kehendak rakyat bahwa negara ini adalah negara system demokrasi. Seketika itu lengser sudah kepemimpinan Soeharto yang dikomandoi oleh pergerakan mahasiswa di seluruh kampus Indonesia.
Dari peristiwa di atas menunjukkan bukti bahwa pergerakan mahasiswa itu berhasil di kala itu. Mereka berhasil bersatu membangun pergerakan dari mahasiswa dan berhasil pula mengumpulkan massa dari kalangan rakyat. Keberhasilan menjadi contoh bagi pergerakan mahasiswa selanjutnya di masa yang akan datang. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan hari ini. Zaman sudah berubah seiring dengan perkembangan zaman. Ada hal yang lebih praktis yang dahulunya dilakukan secara manual sekarang bisa secara instan tersaji cepat. Untuk menanggapi sebuah percakapan hanya dibutuhkan ruang digitalisasi yang serba canggih.
Digitalisasi menyediakan fasilitas media sosial. Di sana semua orang bebas mengekspresikan perasaan, pendapat, dan apapun hal itu yang ia kehendaki. Mereka diberi kesempatan memposting apa yang ia inginkan. Dalam waktu sekejap semua hal bisa diakses dengan mudah, cepat, dan tepat. Tidak hanya memposting sebuah poto ataupun video, setiap masing-masing individu juga bisa menuliskan apa yang ingin disampaikan. Seseorang akan lebih mudah menerima informasi hanya melalui media sosial. Diberi kesempatan bebas mau menulis tentang apa, boleh mengkritik, berpendapat, dan memberi saran serta dimudahkan percakapan dalam ruang komunikasi. Di keadaan seperti inilah yang hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh mahasiswa. Karena kunci pergerakan utamanya pada hari ini tetap dipegang oleh mahasiswa.
Banyak hal yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dalam menggunakan media sosial. Mereka bisa memanfaatkan itu dengan sebaik mungkin sebagai perkembangan diri dari identitas mahasiswa tersebut. Salah satu bukti pergerakan mahasiswa di media sosial yaitu berupa postingan photo atau video yang bernarasi mengkritik, berpendapat, dan memberi saran terhadap kebijakan pemerintah yang mereka terapi saat ini. Melalui media sosial mereka bisa memberikan ide dan menuangkannya dalam bentuk sebuah tulisan dan tentunya tulisan tersebut dimuat dalam media massa ataupun media lainnya. Dengan menyuarakan persatuan pergerakan dari mahasiswa maka kesadaran akan kehidupan akan kembali dalam mewujudkan Indonesia emas.
Di sini perlunya penekanan bahwa dampak dari media sosial bernilai positif dan negatif. Tentunya aka nada unsur-unsur negatif yang berbau kontra dalam menyampaikan kepada hal publik. Di dalam hal ini perlunya kepada mahasiswa untuk lebih berhati-hati dalam berkomunikasi melalui media sosial. Sikap langkah yang perlu diambil berupa memilah terlebih dahulu informasinya, saring informasi yang sesuai, dan tanggapi informasi tersebut sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. (*)
Identitas Penulis :

Oleh : Febrian Hidayat
Nama : Febrian Hidayat
Jurusan : Hukum Keluarga
Fakultas : Syari’ah
Kampus : UIN Imam Bonjol Padang