Bukittinggi, http://sudutlimapuluhkota.com – Ragaku gemetar
Di jalan perempatan beraspal
Atmaku beku, tertusuk tajamnya bualan
Menghilangkan tawa menuju titik kenangan
Menghantarkan bayang dikeheningan malam
Aku mencintaimu dalam lautan diam
Tergantung di langit sepi
Terkurung dalam gelapnya malam
Terasa hampa dalam diri
Jiwa ringkihku kerap kali tak berlandaskan logika
Lemah akan sebuah penolakan
Bagai bergantung di kaki langit
Atmaku terus menanti
Untuk kau suntingkan dengan ruang
Saat senyum tak lagi mengembang
Kegundahan merajalela
Menangis di ujung malam
Mengadu di kidung Do’a
Apa yang harus aku lakukan?
Tak ada, langit akan tetap gelap
Begitu banyak luka yang menggerogoti
Sebab aku hanyalah kerikil kecil tak berguna di hadapanmu yang begitu indah
Identitas Penulis :
Bionarasi:
Nadia Okta Nelsi, anak kedua dari tiga bersaudara ini kerap kali disapa Nanad dalam dunia literasi. Gadis kelahiran 03 Oktober 2001 ini sangat menyukai fajar, alasannya adalah karena dia terlahir di saat fajar. Menurutnya, fajar adalah sesuatu yang indah, sama dengan senja. Tapi fajar lebih indah karena di pagi hari setiap mata semua orang akan terbuka kembali setelah melewati gelapnya pertikungan mimpi-mimpi yang begitu tajam dan tak sesuai realita.
Saat ini dia tengah kuliah di IAIN Bukittinggi dengan jurusan Pendidikan Bahasa Arab, angkatan 2020. Sebelumnya sempat mondok selama 6 tahun di pondok pesantren Al-Irsyad Islamic boarding school, bulaan Kamba, Kubang Putiah, Agam, Sumatera Barat.
Penulis bisa dihubungi lewat email oktanelsinadia@gmail.com atau Instagram @okta_nelsi03