Bukittinggi, http://sudutlimapuluhkota.com – Aku pernah berkata, “Rindu itu tak akan bisa terobati saat jarak masih saja memisahkan.” Ya, pernyataan itu seringkali aku sampaikan lewat percakapan telepon kita waktu itu. Kamu yang di sana, apakah masih ingat di saat kita yang dulunya pernah memadu kasih? Mungkin saja tidak ingat, karena lebih memilih melupakan daripada berdamai.
Aku tak tahu, apa yang salah dengan namanya jarak.
Yang pasti, setiap kali ingin mengejanya, kamu merasa enggan untuk sekedar mendengarkan petuah demi petuah di setiap heningnya malam.
Kamu yang selalu urung menapaki jejak, kerap kali membuatku bersimpuh dikeheningan malam. Mengadu di kidung Do’a. Dan berselimutkan dinginnya udara malam.
Setiap detik selalu terlewati, hanya ada kegundahan dan kehampaan dalam hati. Sebab kamu lebih memilih pergi daripada menetap. Aku salah, karena tidak bisa melupakanmu yang jauh dari hati.
Tapi andaikan saja aku boleh memilih, akan aku hapus memori yang dulu pernah bertamu denganmu.
Identitas Penulis :
Bionarasi:
Nadia Okta Nelsi, anak kedua dari tiga bersaudara ini kerap kali disapa Nanad dalam dunia literasi. Gadis kelahiran 03 Oktober 2001 ini sangat menyukai fajar, alasannya adalah karena dia terlahir di saat fajar. Menurutnya, fajar adalah sesuatu yang indah, sama dengan senja. Tapi fajar lebih indah karena di pagi hari setiap mata semua orang akan terbuka kembali setelah melewati gelapnya pertikungan mimpi-mimpi yang begitu tajam dan tak sesuai realita.
Saat ini dia tengah kuliah di IAIN Bukittinggi dengan jurusan Pendidikan Bahasa Arab, angkatan 2020. Sebelumnya sempat mondok selama 6 tahun di pondok pesantren Al-Irsyad Islamic boarding school, bulaan Kamba, Kubang Putiah, Agam, Sumatera Barat.
Penulis bisa dihubungi lewat email oktanelsinadia@gmail.com atau Instagram @okta_nelsi03