Payakumbuh, http://sudutlimapuluhkota.com – Pagi menjelang siang terdengar teriakan gegap gempita dan riuh tepuk tangan ratusan penonton di sebuah kawasan gelanggang Kubu Gadang, Kota Payakumbuh, pada Jumat (15/12/2023).
Usut punya usut ternyata ada sebuah kelompok Randai begitu ciamik memainkan perannya dalam kegiatan perlombaan festival Randai Payokumbuah Bagodang Fair 2023.
Apa itu Randai? sudah jelas sebuah permainan tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian. Randai menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi satu.
Lalu apa yang menarik dan berbeda pada penampilan Randai kali ini? Ternyata sang penampil adalah kelompok Randai yang berasal dari sebuah tempat yang stigmanya dingin dan sepi. Tempat para Narapidana merenungi nasip dan menyesali kesalahan yang sebelumnya diperbuat. Palimo Gaga nama tercipta, sebuah kelompok Randai yang berasal dari Lapas Kelas IIB Tanjung Pati atau sebelumnya bernama Lapas Kelas IIB Payakumbuh.
Tak elok memang kalau masih kita sebut bui, sel, penjara atau “Kandang Situmbing”, maka Lapas adalah nama yang pas untuk memanusiakan para penghuni di dalamnya. Terdengar ganjil pula kalau mereka disebut Narapidana dengan fakta tak seseram yang dibayangkan kehidupan di dalamnya, maka Warga Binaan Permasyarakatan (WBP) adalah istilah yang bijaksana untuk menyebut mereka di dalamnya sesama makhluk Tuhan walau tersekat ruang yang berbeda.
Sepertinya Lapas Kelas IIB Tanjung Pati tidak main-main memberi wadah untuk WBP dalam berkarya sehingga Randai Palimo Gaga tak saja “Bagak Dikandang” dengan sering menyabet juara 1 seperti di lomba Randai Bagodang Fair Payokumbuah 2022 dan 2023 tapi terbukti mengaung hingga ke pentas Provinsi dan Nasional, seperti ikut unjuk gigi di kegiatan Pekan Budaya Pariaman, bersuara di Pentas Seni Legal Expo di lapanga Haji Agus Salim Padang, diundang dalam HUT BRI, bergema di hari HAM sedunia, mengikuti Festival IPA Fest di Jakarta tahun 2018 dan lainnya.
“Kesenian Randai merupakan salah satu bentuk pembinaan kepribadian bagi WBP yang ada di Lapas, tujuannya memupuk kesadaran WBP agar tetap cinta terhadap budaya Minangkabau dan sekaligus sebagai sumbangsih Lapas untuk melestarikan budaya Minangkabau khususnya di wilayah Payakumbuh”, begitulah Pak Azhar, Kalapas Kelas IIB Tanjung Pati berujar bersemangat.
Ia juga selalu memberi dukungan penuh untuk Randai Palimo Gaga agar sesering mungkin tampil untuk mengisi acara-acara kesenian yang diadakan oleh masyarakat, Instansi Pemerintah dan mitra kerja Lapas, sehingga image negatif lapas dari masyakat berubah ke pandangan positif. Intinya Lapas adalah sebagai tempat pembinaan yang merubah karakter warga binaan menjadi lebih baik, taat hukum dan bisa diterima kembali oleh masyarakat.
Kemudian, benarlah orang bijak berkata “Adalah suatu kebodohan apabila kamu sangat tahu tentang seseorang, seluk beluk rumahnya dan isi dapurnya sementara sekali saja kamu tak penah menginjakkan kaki dihalaman rumahnya”.
Dari Palimo Gaga kita belajar, tetap berkarya walau di dalam ruang yang terbatas. Karena ketika karyamu diterima maka pembatas menjadi lepas bernafas sampai nantinya kau tinggalkan Lapas untuk menghirup udara bebas. (HZ)