Nasional, http://sudutlimapuluhkota.com – Beberapa waktu belakangan ini, banyak tersebar video maupun berita di berbagai platform media sosial yang menunjukan terjadinya aksi kekerasan di lingkungan sekolah. Tindakan kekerasan yang terjadi bermacam-macam, mulai dari kekerasan yang dilakukan guru kepada murid, murid kepada murid lainnya, orang tua murid kepada guru, bahkan murid kepada guru seperti kasus pembacokan yang dilakukan oleh seorang murid kepada gurunya di Demak beberapa waktu lalu.
Kekerasan dalam dunia pendidikan sebenarnya sudah lama dan sudah sering terjadi, hanya saja sedikit yang mendapat sorotan oleh publik. Kita ambil kasus yang sedang viral saat ini yakni penganiayaan yang dilakukan oleh siswa SMP di Cilacap. Kasus ini segera mendapatkan tindakan yang cepat karena video penganiayaan ini viral dan menuai banyak tanggapan dari berbagai pihak.
Tentu ada banyak kasus serupa yang terjadi di berbagai tempat dan tidak terekspos karena penganiayaan dilakukan di tempat yang sunyi atau jauh dari keramaian sementara korban hanya bisa bungkam karena jika ia mengadukan permasalahan tersebut, ada banyak akibat yang lebih buruk yang harus siap ditanggungnya setelah itu. Korban akan berhitung untung rugi yang akan diterimanya jika mengadukan permasalahan tersebut kepada guru atau pihak lain yang dianggap bisa melindunginya. Bisa saja setelah ia mengadukan masalah itu, korban malah mendapat penganiayaan yang lebih parah dari pelaku yang merasa sakit hati karena kejahatannya dibongkar.
Karena hitung-hitungan seperti itu, akhirnya banyak korban kekerasan sesama pelajar yang memilih memendam saja rasa sakit yang ia terima tanpa diketahui oleh orang lain. sebuah proses pendewasaan yang luar biasa bagi korban yang kebanyakan memang dalam tahap menuju dewasa (remaja).
Kita beralih kepada kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada murid. Kasus ini juga hampir sama banyaknya dengan kasus kekerasan antar murid. Tidak jarang kasus kekerasan ini malah berujung pada kekerasan lainnya seperti kekerasan yang dilakukan oleh orangtua murid kepada guru karena tidak terima anaknya dikasari oleh guru.
Beberapa waktu lalu, Seorang guru di daerah Bengkulu harus dilarikan ke rumah sakit karena matanya terluka setelah diketapel oleh orang tua salah satu muridnya. Seperti yang dilansir dari Bangkapos.com, kasus ini bermula saat Guru berinisial Z memergoki siswa laki-laki sedang merokok di lingkungan sekolah. Lantas Z menegur siswa itu, namun tegurannya tidak diindahkan sehingga ia emosi dan menendang siswa tersebut. Tak lama kemudian, emosi sang guru berbalas dengan emosi ayah siswa tersebut sehingga terjadilah kasus orang tua murid mengketapel guru.
Guru seharusnya bertindak tegas kepada murid yang melakukan pelanggaran, bukan kasar. Karena menyamakan sikap tegas dan kasar ini, akhirnya sebagian guru sering ringan tangan kepada murid yang melakukan pelanggaran. Seorang murid yang diperlakukan secara kasar, bisa saja menaruh dendam kepada gurunya dan ingin membalasnya suatu saat nanti sehingga terjadilah penganiayaan guru oleh muridnya.
Guru juga sebaiknya menghindari pemberian hukuman berupa kekerasan seperti memukul dan sejenisnya. Jika memang situasi di lapangan memaksa untuk memukul, maka hindari memukul bagian wajah atau bagian yang vital. Kemudian jangan memukul begitu keras ataupun begitu lemah. Jika begitu keras bisa menimbulkan luka, namun jika begitu lemah justru tidak menimbulkan efek jera pada murid yang melanggar tersebut.
Memukul bisa menjadi opsi dalam mendidik jika memang sudah tidak bisa dengan cara lainnya. Sebagai seorang Muslim, kita tentu sering mendengar hadis berikut ini yang diriwayatkan oleh Abu Daud yang berbunyi, “Perintahkanlah anak-anak kalian mendirikan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka (jika tidak mengerjakan shalat) pada usia sepuluh tahun. Serta pisahkanlah tempat tidur mereka.”
Namun yang harus diperhatikan, pukulan adalah pilihan terakhir jika memang berbagai cara lainnya masih belum bisa untuk menyadarkan anak didik. Selagi masih ada cara yang lain, maka lakukanlah cara yang lain tersebut. Dalam memukul juga ada prosedur-prosedur dan tata caranya seperti yang sudah disebutkan sebagiannya diatas. Intinya, semua itu dilakukan dalam rangka mendidik, bukan sebagai sarana melampiaskan emosi dan sakit hati.
Bagaimanapun, kasus kekerasan yang terjadi di sekolah tidak bisa dititik beratkan hanya kepada satu pihak saja. Semua pihak harus terlibat. Jika kita titik beratkan hanya kepada guru, guru adalah manusia biasa yang juga punya kekurangan. Belum lagi guru memiliki beban kerja yang banyak seperti menyiapkan berbagai administrasi pendidikan dan materi yang akan diajarkan. Di luar sekolahpun guru juga punya tanggung jawab sebagai ayah/ibu bagi anaknya serta sebagai suami/istri bagi pasangannya.
Orang tua yang menyerahkan anaknya ke sekolah juga harus menyadari bahwa sejatinya kewajiban mendidik anak adalah tanggung jawab mereka. Karena itu orang tua tidak boleh berlepas tangan dan menyerahkan begitu saja semua kepada guru. Orang tua harus menjalin komunikasi yang baik dengan guru dan memiliki kepercayaan kepada guru. Jangan mudah tersulut emosi mendengarkan segala aduan dari anak. Pikirkan semua secara tenang. Selain itu, orang tua juga harus mau mendengarkan segala keluhan tentang anaknya.
Selain itu, bagi orang tua dan juga guru sebaiknya membekali diri dengan pengetahuan yang berguna saat menjalankan tugasnya masing-masing. Bagi orang tua, sudah sepatutnya memperkaya dirinya dengan pengetahuan seputar parenting sehingga bisa mendidik anak secara tepat. Banyak anak yang bermasalah dalam pergaulan, ternyata bermula dari salahnya pola asuh yang dilakukan oleh orang tua di rumah. Kemudian bagi guru juga diharapkan membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan yang berguna selain dari bidang yang diajarkannya agar ketika menemui masalah pada murid, guru bisa menangani masalah tersebut secara tepat. Tidak hanya menangani yang sudah terjadi, namun juga dapat mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan lainnya.
Pemerintah dan pihak sekolah selaku pemegang tampuk kekuasaan dan penentu kebijakan tentu akan sangat diharapkan dapat mencari jalan keluar dari permasalahan ini. Kemudian yang juga begitu diharapkan andilnya adalah semua masyarakat. Jangan apatis dan hanya menyalahkan orang lain atas kesalahan yang sejatinya kita juga memiliki saham di dalamnya. Betapa banyak terjadi keburukan dan aksi tidak terpuji lainnya disebabkan kita hanya diam saja tanpa bertindak. Ingat, setiap kita punya andil dalam membangun generasi yang akan datang. (*)
Identitas Penulis :
Nama : Aryogo Adi Guna
(Ordinary People)