Nasional, http://sudutlimapuluhkota.com – Pemilu 2024 kian dekat. Tentu kita perlu melek. Harus lebih giat mencari informasi seputar fenomena menjelang pemilu dan mulai menentukan sikap. Kemeriahan ini juga tampak dari betapa banyaknya baliho bakal calon anggota legislatif (bacaleg) bertebaran dimana-mana, bahkan melebihi jumlah baliho iklan produk/jualan. Ini semua merupakan marketing politik yang diupayakan oleh masing-masing caleg. Dan itu sah-sah saja.
Namun, selain berpatokan pada baliho, dalam memilih caleg kita harus memperhatikan bagaimana kepribadian sosok tersebut serta track record dari partai yang dijadikannya sebagai kendaraan pemilu.
Dari sisi individu sang caleg, kita harus tahu bagaimana karakternya, kedekatannya dengan masyarakat, dan rekam jejaknya.
Kita juga harus tahu, partai apa yang mengusungnya, bagaimana track record partai tersebut, dan seberapa jauh keberpihakan partai itu pada masyarakat.
Fenomena yang terjadi, ada caleg sudah berkali-kali mencalonkan diri tapi selalu gagal menjadi anggota dewan. Begitu juga dengan beberapa anggota legislatif yang sudah terpilih, tapi justru lupa pada orang-orang yang telah memberinya amanah pada pemilu lalu. Jabatan anggota dewan ini tak bertahan lama. Ia gagal mempertahankan lumbung suaranya. Hal ini menandakan bahwa seorang calon anggota legislatif maupun anggota dewan perlu melakukan pendekatan persuasif pada masyarakat.
Menariknya, pada pemilu 2024 nanti akan ada banyak wajah baru menghiasi daftar calon anggota legislatif. Salah satunya anak muda. Sebagai caleg yang baru terjun ke dunia politik, anak muda millenial ini tentu perlu menakar kekuatannya dalam memenangkan persaingan nanti. Apalagi berhadapan dengan incumbent atau kandidat lainnya yang sudah lebih dulu maju dan punya nilai jual yang lebih.
Terkhusus untuk caleg millenial, Pemilu 2024 ini bisa menjadi ajang pembelajaran untuk menakar nilai jual di mata para pemilih. Bisa menjadi peluang untuk belajar dan berproses untuk membangun personal branding dan berdinamika politik. Dan yang paling utama, adalah momen untuk berbaur dengan masyarakat, mendengarkan keluh kesah, serta memberikan solusinya dalam program kerja yang diusung.
Fenomena unik lainnya, ada juga caleg millenial yang mengandalkan privilege pribadinya untuk maju dalam kontes politik 2024 ini. Ada pemilik perusahaan, pemangku jabatan tertentu, bahkan privilege kekeluargaan seperti orang tua/keturunan/pasangan dari orang-orang penting. Reputasi semacam ini memang tidak dipermasalahkan. Ini semua hanya sebatas nilai tambah dalam personal branding sang caleg millenial tersebut. Karena, yang paling dibutuhkan justru bagaimana ia mampu membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat.
Masyarakat sebagai voters sekaligus penentu hasil pemilu 2024 nanti sudah cerdas. Masyarakat sudah mulai membuka mata, tidak terpengaruh dengan praktik money politic, dan sudah sadar bila ada caleg yang melakukan hal demikian akan berdampak buruk kepada reputasi dan kinerjanya.
Oleh karena itu, jelang pemilu 2024 nanti, kita wajib mencari informasi caleg mana yang akan dicoblos. Kita harus memilih caleg yang berkarakter baik, berjiwa sosial tinggi terhadap masyarakat, serta memiliki visi dan misi yang jelas. Perhatikan juga rekam jejak dari partai yang mengusungnya. Partai yang baik dan selalu berpihak para rakyat merupakan tanda bahwa partai tersebut serius memperjuangkan kepentingan rakyat.
Sebagai warga negara Indonesia, baik itu caleg, anggota dewan, dan masyarakat, kita harus mulai berbenah. Pemilu yang jujur dan baik adalah kunci kemajuan bangsa dan negara. (*)
Identitas Penulis:
Oleh : Ahmad Salim
Ketua Umum GK Sumbar
Owner Salim Sumbar Rent Car and Driver