Padang, http://sudutlimapuluhkota.com – Cerita soal sampah bukan hanya sekedar urusan kebersihan lingkungan saja. Sampah bisa jadi masalah sosial dilingkungan masyarakat. Apalagi tidak adanya pengelolaan sampah disekitar pemukiman tersebut, bisa menjadi penyebab konflik antar warga jadinya.
Saat ini pengolahan sampah sudah jauh perubahan dalam arti peningkatan. Awalnya sampah hanya dikumpul, angkut dan buang. Sekarang sampah dikumpul, dipilah dan diolah dengan pendekatan yang konferensif dari hulu.
Dengan sistem pilah dulu sampah tersebut bisa berdampak positif bagi masyarakat. Baik secara ekonomi, kesehatan serta lingkungan masyarakat itu sendiri.
Untuk merealisasikan langkah-langkah penanganan sampah ditengah masyarakat, Ja’far, SHI selaku Anggota DPRD Kota Padang dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) gelar pelatihan dan penyuluhan mengenai pengolahan sampah tersebut. Pelatihan tersebut mengambil tema “Memilah Sampah, Mendulang Untung Berlimpah” Kegiatan ini dilaksanakan di Cafe Kolabora Coffee & Eatery, Kelurahan Kalumbuk, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, pada Jum’at (03/11/2013).
Pelatihan dan Penyuluhan Lingkungan Untuk Masyarakat tersebut merupakan program Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang yang dilaksanakan melalui anggaran pokok-pokok pikiran (Pokir) Anggota DPRD Kota Padang Ja’far, SHI.
Acara ini juga dihadiri oleh Kabid P2K2L, Fadli Syahrial, ST. MT, Ketua LPM Sungai Sapih, Andiwan Putra, SH yang juga menghadirkan Narasumber dari Direktur Bank Sampah, Mina Dewi Sukmawati.
Dalam sambutannya Ja’far mengatakan, penanganan sampah mesti dilakukan bersama. Tidak memberikan semua pekerjaan tersebut ke Pemerintah Kota Padang.
“Maka Pelatihan dan Penyuluhan ini dilaksanakan agar masyarakat bisa paham mengelola sampah khususnya Warga Sungai Sapih,” ujar Ja’far.
Legislator dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini juga mengatakan, agar masyarakat memulai mengelola sampah dari rumah. Dengan begitu, sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bisa direduksi.
“Yang namanya sampah pasti tidak habisnya. Tapi kita harus ikut mengurangi sampah yang ada dengan cara memilahnya,” kata Ja’far.
Sementara itu, Mina Dewi Sukmawati sebagai Narasumber pada acara Pelatihan dan Penyuluhan Lingkungan Untuk Masyarakat ini mengatakan, bahwa sudah seharusnya masyarakat mulai sadar terkait pentingnya pengelolaan sampah. Sejauh ini, ia menilai masih banyak mereka yang belum tahu jika sampah bisa bernilai ekonomis.
“Terutama Kota Padang di Provinsi Sumatera Barat yang berpenduduk sekitar 914 ribu jiwa ini setiap hari menghasilkan total 640 ton sampah menurut data Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Dari total 640 ton sampah yang setiap hari dihasilkan di Kota Padang, hanya sekitar 450 ton yang sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” ucap Dewi.
Sekitar 200 ton sampah yang tidak diangkut ke TPA, menurut dia, sebagian di antaranya kemungkinan dipungut oleh pemulung untuk disalurkan ke pusat daur ulang, dibuang kesungai-sungai, ke jalan-jalan umum dan sisanya tidak terkelola. Guna mengatasi persoalan sampah, bank sampah menjadi solusi untuk mengurangi sampah yang menumpuk tersebut.
“Saya mulai mengolah sampah sejak Tahun 2011 yang lalu. Kala itu warga tak tertarik untuk menabung sampah. Meski sudah terlihat hasilnya dari volume sampah yang berkurang, mereka tetap enggan,” ujar Dewi.
Sampah Jadi Emas
Dalam pengelolaan sampah tersebut menjadi Emas Mina Dewi Sukmawati bekerja sama dengan PT Pegadaian sejak Tahun 2017 lalu.
Artinya saat ini ada sekitar enam tahun berjalan, dan keberadaan tukar sampah jadi emas tersebut mendapat respons yang luar biasa dari masyarakat.
“Nasabah kita masih di wilayah Kota Padang, belum ada di luar Padang. Bahkan di Padang pun belum semua kecamatan kita rangkul. Tapi respons masyarakat sangat antusias adanya program tersebut,” kata dia.
Meski belum menjangkau lebih luas di Padang, bicara soal emas yang berhasil dikantongi masyarakat cukup besar.
Dewi menjelaskan hingga posisi Desember 2022, total emas yang telah dikantongi nasabah di Padang ada sebanyak 240 gram atau senilai Rp240 juta dengan total nasabah 1.400 orang.
“Dari Januari sampai hari ini, sudah ada puluhan nasabah baru lagi di Bank Sampah Panca Daya ini,” ujarnya.
Dikatakannya dalam mengkonversi sampah jadi emas ini, dirinya tidak hanya sekedar menampung sampah atau barang bekas saja, dan lalu dijual kembali ke pihak penampung. Tapi dari Bank Sampah Panca Daya juga turut mengelola sampah itu menjadi kerajinan atau produk yang bernilai.
Untuk itu, Dewi menegaskan bicara sampah itu, bukan membayangkan bahwa sampah itu kotor, jijik, dan layaknya memang dibuang atau dibakar. Tapi ada sisi lain dari sampah itu, yang bisa menghasilkan cuan.
Seperti halnya ada sampah bisa ditukar jadi emas, dan dari sampah pula bisa diolah menjadi kerajinan. Manfaatnya tidak hanya sampai di bank sampah saja, tapi juga di tempat tinggal atau lingkungan dari masyarakat yang ikut menabung emas di bank sampah.
“Dulu mungkin sampah itu bisa membuat lingkungan kotor. Nah sekarang, dengan adanya kesadaran dari masyarakat, hal yang dirasakan itu rumah bisa bersih dan tertata. Kondisi itu sudah diakui banyak nasabah kita, semenjak adanya kerja sama Bank Panca Daya dengan PT Pegadaian,” tutup Dewi.
Dalam Pelatihan dan Penyuluhan tersebut juga dilaksanakan penandatanganan Komitmen Bersama Masyarakat Sungai Sapih Dalam Pengelolaan Sampah
Karena sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 14 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Sampah pada Bank Sampah yang menyatakan bahwa mendukung dan melaksanakan edukasi pengelolaan sampah dari sumbernya, memfasilitasi tumbuh kembangnya organisasi pengelola sampah, mendorong peneraoan konsep ekonomi sirkular bebasia sampah untuk kesejahtaraan masyarakat, serta memberikan pendampingan tata kelola Bank Sampah dan gerakan edukasi masyarakat lainnya. (ABD)