Limapuluh Kota, http://sudutlimapuluhkota.com – Ustadz Imam. Begitulah para santri pondok tahfidz memanggil sosok pemuda yang aktif menggerakkan dan membangun generasi Qur’ani di Kabupaten Lima Puluh Kota, khususnya Kecamatan Lareh Sago Halaban. Akhlakul Imam (22 th) adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di Universitas Gajah Mada (UGM) jurusan Ilmu komunikasi dengan beasiswa dari Kominfo jalur Disabilitas berprestasi.
Pembina di lebih kurang 25 tempat tahfidz (terdiri dari sekolah, yayasan, dan pondok tahfidz) di daerah Kabupaten Lima Puluh Kota itu sudah memulai langkahnya sejak masih berada di kelas 2 SMA, tahun 2018.
Mengenal lebih jauh sosok ini. Ustadz imam adalah penyandang disabilitas (Tuna Netra) kategori Low vision. Dimana, beliau hanya mampu melihat dekat, sedangkan yang jauh tidak kelihatan. Sehingga, untuk pergi mengajar beliau harus selalu didampingi.
Namun demikian, memiliki kekurangan bukanlah alasan bagi beliau untuk tidak berprestasi. Hal ini terlihat dari sepanjang perjalanan pendidikannya beliau sangat aktif di berbagai organisasi dan forum, menjadi pembiacara dalam berbagai event, menjadi motivator, serta meraih berbagai prestasi di Tingkat Nasional dan Internasional.
“Semasa sekolah itu hampir setiap bulan saya keluar kota untuk mengikuti perlombaan, dan Alhamdulillah setiap tahunnya juga mengikuti berbagai event dan perlombaan tingkat Nasional” terangnya.
Sangat luar biasa bukan.
Namun, tak hanya sampai disitu. Ada pencapaian luar biasa yang patut kita acungi jempol juga.
Berawal dari niat sederhana beliau di tahun 2018 itu. Beliau yang memiliki hafalan ingin berbagi ilmu kepada sekitar 10 orang anak. Siapa sangka niat tulusnya itu berbuah manis hingga menghantarkannya menjadi sosok yang dikenal masyarakat dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lima Puluh Kota sebagai penggerak tahfidz di daerah tersebut. dan terus berkembang hingga saat ini.
Di sisi lain, tentunya berbagai tantangan pasti menghampiri perjalanannya. Salah satu yang paling berpengaruh itu adalah mempertahankan semangat para santri untuk menghafal. Sehingga dari tantangan itu muncullah ide beliau untuk mendirikan formal untuk para penghafal Al-Qur’an ini.
“Motivasi awal muncul karena waktu itu mikirnya rumah tahfidz ini sangat fleksibel. Siswa datang sesuka hatinya dan kalau bosan tinggal keluar. Akhirnya saya berpikir tahfidz seperti ini rasanya kurang bagus. Lebih bagus kita buatkan sekolah formal. Niatnya sesederhana itu saja. Tidak ada niat untuk bersaing dengan siapapun. Tujuannya mereka menghafalnya lebih serius. Dibuatkan programnya dan terkurikulum.” Imbuh beliau.
Beberapa program unggulan yang diusung disekolah yang didirikannya yaitu tahfidz, publik speaking, dan mata pelajaran keagamaan. Dari yang awalnya hanya untuk taman kanak-kanak, sekarang juga sudah ada SD, Mahad tahfidz dan juga Rumah Tahfidz. Saat ini, sekolah tersebut sudah memasuki angkatan ketiga, sudah terakreditasi, dan sudah memiliki NPSN. Meskipun gedung yang digunakan masih meminjam dari rumah dinas guru yang tidak dihunyi dan rumah ketua yayasan.
Berbicara tentang sumber dana dan pendanaan kegiatan ini, secara umum berasal dari swadaya masyarakat, para donatur, dan juga iuran bersama. Melalui update kegiatan yang selalu dilakukan Ustadz imam di sosial media, masyarakat secara tidak langsung terus bisa memantau perkembangan yayasan ini dan ikut menyumbang dana untuk kegiatan-kegiatan yang diusung.
***
Banyak yang penasaran tentang apa yang sebenarnya dipikirkan oleh seorang Akhlakul imam. Apa yang mendasari perjuangannya. Dan apa cita-cita kedepan yang ingin digapainya.
Siapa sangka, ternyata perjuangannya ini didasari atas nasehat salah seorang guru beliau. Nasehat yang berulang kali disampaikan bahkan terasa menjadi kompulsif bagi beliau. Nasihat bahwa beliau harus bermanfaat bagi sesama.
“Alhamdulillah kamu berprestasi. Tetapi kamu juga harus pikirkan sebenernya ada tanggung jawab besar atas prestasi yang kamu raih selama ini. Dalam artian setiap prestasi kamu itu harus ada impact social atas kemampuan yang Allah kasih” ujar sang guru.
Untuk cita-cita kedepan beliau menambahkan, semua berawal dari kesederhanaan. Tidak ada ambisi khusus. Biarkan semua berjalan saja sesuai izin Allah, dan biarlah Allah yang mengatur segalanya. Saat ini beliau hanya merasa sangat bahagia melihat adik-adik yang dulunya tidak punya hafalan jadi bisa menghafal, yang dulunya geliat tahfidz di kecamatan Lareh Sago Halaban tidak ada sama sekali sekarang jadi ada dimana-mana.
“Kedepan saya juga tidak tau akan seperti apa dan apa yang Allah takdirkan. Tetap berjalan begitu saja. Tetap punya rencana, namun biar Allah tentukan.” Tambahnya.
Beliau berharap semoga lembaga ini bisa terus berkembang. Sambil selalu berinovasi dan tetap belajar, beliau ingin semuanya mengalir saja mengikuti alur mana yang terbaik menurut Allah.
***
Rasulullah SAW, bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”
Dari Seorang Akhlakul Imam kita belajar bahwa, Beliau saja yang memiliki keterbatasan berhasil memberikan manfaat besar, mulai dari membumikan Al-Qur’an, mendirikan sekolah, hingga membuka lapangan pekerjaan bagi pihak terkait. Bagaimana dengan kita? (*)
Identitas Penulis :
Nama : Nadyati Putri
Jurusan : S2 Pendidikan Matematika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Kampus : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung